Kenapa Sibuk Shalawat

Kenapa Sibuk Shalawat


Kisah Keajaiban Shalawat hanya bisa dirasakan oleh orang - orang beriman yang secara kontinue mengamalkan bacaan shalawat tanpa batas hitungan. Saking cintanya membaca shalawat mereka tak terhitung berapa banyak bacaan yang mereka ucapkan, ikhlash semata - mata karena mengikuti perintah Allah Ta'ala.


Yang perlu digarisbawahi adalah bacaan shalawat diamalkan secara ikhlas dan istiqomah
dalam rangka melaksanakan perintah Allah Ta'ala dan Rasulullah Sholallahu Alaihi Wa Salam.


Kisah Keajaiban Keutamaan Membaca Shalawat


Ada kisah menarik tentang bagaimana keluarbiasaan Shalawat. Dimana pada suatu ketika, di musim haji, Syaikh Sufyan ats-Tsauri tengah melaksanakan thawaf di Baitullah. Ketika itu Syaikh Sufyan melihat seorang lelaki yang selalu membaca shalawat setiap ia melangkahkan kaki.


Syaikh Sufyan lalu menghampiri laki-laki tersebut, dan menegurnya, "Wah, kalau begini anda telah meninggalkan bacaan tasbih dan tahlil. Anda hanya terfokus pada shalawat untuk nabi Muhammad saja.

Apa alasan anda melakukan amalan ini?"


Laki-laki itu kemudian balik bertanya kepada Syaikh Sufyan, "Siapakah anda ini? Semoga Allah memberikan anda karunia kesehatan dan keselamatan!"


Syaikh Sufyan menjawab, "Aku Sufyan ats-Tsauri."


Laki-laki itu berkata, "Baiklah, akan saya ceritakan kisah saya. Andaikata tidak karena anda adalah orang luar biasa di masa ini, niscaya saya tidak akan menceritakan karunia yang dianugerahkan kepada saya, dan niscaya saya tidak akan membuka rahasia yang diberikan Allah pada saya."


Kemudian laki-laki itu berkisah, "Pada suatu hari, saya dan ayah saya pergi untuk menunaikan ibadah haji. Di tengah perjalanan, ayah saya mengalami sakit, maka saya berhenti dulu untuk mengobatinya. Lalu di suatu malam yang memilukan, ayah saya meninggal dunia dengan wajah yang menghitam legam.


Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, ayahku telah meninggal dengan wajah yang menghitam, ujar saya dalam hati. Saya merasa sangat sedih sekali menyaksikan keadaannya.


Lalu saya mengambil selembar kain dan menutupi wajahnya. Saya begitu larut dalam kesedihan dan terus memikirkan, apa yang akan dikatakan orang-orang jika melihat wajah ayah saya yang hitam legam. Dalam keadaan seperti itu, saya diserang kantuk dan jatuh tertidur.


Tiba-tiba saya bermimpi melihat seorang laki-laki yang sangat tampan, belum pernah saya melihat laki-laki setampan itu, seumur hidup saya.


Pakaiannya begitu bersih dan dari tubuhnya tercium aroma yang sangat harum, bukan seperti wewangian biasa. Kemudian laki-laki itu melangkah menuju jasad ayah saya dan membuka kain penutup wajahnya. Lalu laki-laki itu mengusapkan telapak tangannya ke wajah ayah saya. Maka tiba-tiba saja wajah ayah saya menjadi putih bersinar-sinar.


Ketika laki-laki itu hendak beranjak pergi, saya memegang bajunya dan bertanya, 'Wahai hamba Allah, siapakah anda, yang telah dikaruniai Allah untuk menyelamatkan ayah saya dan melenyapkan kegundahan di hati saya?'


Laki-laki itu lalu menjawab, "Tidakkah kamu mengenalku? Aku adalah Muhammad bin Abdullah, yang mendapat wahyu Al Qur'an. Ketahuilah, ayahmu semasa hidupnya adalah orang yang selalu mengikuti hawa nafsunya. Akan tetapi, ia banyak membaca shalawat untukku.


Ketika kematian menghampirinya, ia meminta pertolonganku. Aku banyak menolong orang yang banyak membaca shalawat untukku." Kemudian saya bangun dan melihat wajah ayah saya yang telah menjadi putih bersinar."


(Afdhalish Shalawat Alaa Sayyidis Saadat, Yusuf An-Nabhani).