Pengendalian Kualitas dengan Metode Taguchi

Definisi Kualitas


Feigenbaum dalam bukunya “Total Quality Control” mengatakan bahwa kualitas adalah keseluruhan gabungan karakteristik produk, mulai dari pemasaran, rekayasa, pembuatan dan pemeliharaan yang membuat produk  tersebut  memenuhi harapan-harapan konsumen. Jadi performansi merupakan ukuran kualitas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kualitas yang muncul dari suatu produk merupakan kompromi dari sekelompok karakteristik-karakteristik yang diinginkan konsumen  yang  berhasil ditangkap  dan  diterjemahkan  oleh produsen.

Konsumen merupakan elevator kualitas karena pada akhirnya konsumen yang memutuskan suatu kualitas, bukan insinyur, pemasaran, atau manajemen. Mereka memilih dengan kemampuannya, produk mana yang memenuhi persyaratan. Konsumen yang puas merupakan definisi praktis dari kualitas tinggi. Pencapaian dan pemeliharaan tingkat kepuasan konsumen terhadap kualitas produk, merupakan faktor yang menentukan kesehatan, pertumbuhan, dan kelangsungan hidup perusahaan.


Untuk memuaskan konsumen, produk harus tiba dalam jumlah, waktu, tempat dan memberikan fungsi yang tepat untuk suatu periode waktu dan harga yang sesuai. Jadi sasaran kebutuhannya ialah kualitas yang membangun keseimbangan yang tepat antara biaya produk dan nilai yang diterima oleh konsumen.



Pengendalian Kualitas


- Arti Pengendalian Kualitas


Pengendalian kualitas didefinisikan sebagai suatu sistem yang terdiri dari pemeriksaan atau pengujian, analisis dan tindakan-tindakan yang harus diambil dengan memanfaatkan kombinasi seluruh peralatan dan teknik-teknik guna mengendalikan kualitas produk  dengan  ongkos minimal. Dalam istilah “kendali  kualitas”  mengandung pengertian bahwa kualitas bukan berarti terbaik. Didunia industri kata itu berarti  “terbaik dalam  memuaskan kebutuhan pelanggan tertentu”.

Feigenbaum mengemukakan dua hal penting dari kebutuhan konsumen yaitu : fungsi dan harga produk. Dua syarat ini tercermin dalam beberapa kondisi-kondisi produk, diantaranya :


1.    Spesifikasi dimensi dan karakteristik.
2.    Umur produk dan keandalan.
3.    Standar yang relevan.
4.    Biaya rekayasa, pembuatan dan mutu.
5.    Kondisi pembuatan (persyaratan produksi).
6.    Fungsi, pemeliharaan dan pemasangan dilapangan.
7.    Biaya-biaya operasi dan pemakaian konsumen.


Berdasarkan hal diatas jelaslah kualitas tidak hanya berkaitan dengan mutu teknis produk, tetapi juga nilai ekonomisnya.

- Tujuan Pengendalian Kualitas



Tujuan pelaksanaan pengendalian kualitas adalah :
1.     Pencapaian kebijaksanaan dan target perusahaan secara efisien.
2.     Perbaikan hubungan manusia.
3.     Peningkatan moral karyawan.
4.     Pengembangan kemampuan tenaga kerja.
Dengan mengarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan diatas akan terjadi peningkatan produktivitas dan profitabilitas usaha.
Secara khusus dapat pula diungkapkan bahwa tujuan pengendalian kualitas adalah :
1.     Memperbaiki kualitas produk yang dihasilkan.
2.   Penurunan ongkos kualitas secara keseluruhan


- Kegiatan Pengendalian Kualitas
Kegiatan pengendalian kualitas pada dasarnya terdiri dari 4 langkah yaitu:
1.    Menetapkan standar, yaitu standar kualitas-biaya, standar kualitas-prestasi kerja, standar kualitas-keamanan dan standar kualitas-keandalan yang diperlukan untuk suatu produk.
2.    Menilai kesesuaian, antara produk yang dibuat dengan standar.
3.    Mengambil tindakan yang diperlukan, yaitu mencari penyebab timbulnya masalah dan mencari pemecahan masalah.
4.    Perencanaan peningkatan, berupa pengembangan usaha-usaha yang kontinyu untuk memperbaiki standar-standar biaya, prestasi, keamanan dan keandalan.
Kegiatan pengendalian kualitas yang menunjang tercapainya standar kualitas tertentu tersebut melibatkan unsur-unsur manusia, mesin, peralatan, spesifikasi dan metode pengujian.
Dengan adanya pengendalian kualitas diharapkan penyimpangan-penyimpangan yang muncul dapat dikurangi dan proses dapat diarahkan pada tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena itu fungsi pengendalian kualitas ini harus dilaksanakan sebelum maupun pada saat pekerjaan pembuatan dilakukan.


- Pendekatan Pengendalian Kualitas



Taguchi menyatakan ada dua pendekatan dalam pengendalian kualitas yang dinamakan Quality Engineering yang merupakan interaksi antara desain engineering dan manufacturing. Aktivitas yang dilingkupinya adalah pengendalian kualitas pada tahap R&D, desain proses, produksi dan kepuasan konsumen. Keseluruhan aktivitas ini merupakan proses yang berkelanjutan. Skema quality engineering adalah sebagai berikut  :

 

On-line QC merupakan pengendalian kualitas yang bersipat  reaktif pada produksi yang sedang berjalan. Kegiatan ini memonitor produksi, mengukur hasil kualitas, memeriksa kemungkinan adanya masalah yang potensial dan tindakan koreksi langsung. Information feedback merupakan catatan bagi operator atau supervisor mengenai real-time produksi. Kemudian dilakukan diagnosis yaitu pembandingan dengan suatu standar yang telah diketahui, jika diketahui adanya suatu kondisi yang tidak “acceptable” maka dilakukan adjusment. Prediction & Correction dilakukan berdasarkan input dari diagnosis terhadap proses yang sedang berjalan.

Off-line QC merupakan pengendalian kualitas yang bersipat preventif yaitu mengoptimasi desain produk dan proses dalam rangka mendukung on-line QC. Pengendalian kualitas tipe ini dapat dikatakan sebagai desain produk dan proses sebelum sampai pada produksi ditingkat pabrik atau dilakukan pada tahap R&D. Hal ini dapat dilakukan melalui simulasi produksi. Eksperimen akan menghasilkan identifikasi sumber-sumber variasi dan menentukan optimasi dari desain. Penemuan pada sumber variasi merupakan fokus yang terpenting pada off-line QC. Hasil level terbaik pada faktor terkontrol pada off-line QC akan digunakan pada saat on-line QC dan pemecahan masalah yang dihadapi pada saat produksi.


Dua pendekatan pengendalian kualitas tersebut saling berkaitan dan merupakan alat yang baik untuk melakukan perbaikan dan pengoptimasian proses, contohnya apabila proses dikatakan telah terkendali secara statistik tetapi masih memiliki kapabilitas proses yang rendah maka usaha peningkatan kapabilitas proses dilakukan dengan cara mengurangi variabilitas. Metode perancangan eksperimen menawarkan cara yang lebih efektif dari pada metode SPC. Pada metode SPC, tindakan yang dilakukan bersifat pasif artinya menunggu proses sampai proses tidak terkendali. Apabila ternyata peta kendali menunjukan bahwa proses out of control atau berada di luar batas kendali dimana proses memiliki banyak variabel input maka tidak diketahui variabel input mana yang paling penting. Sedangkan dalam metoda perancangan eksperimen tindakan yang dilakukan bersifat aktif, artinya dirancang serangkaian pengujian pada proses dengan cara perubahan pada input dan melakukan pengamatan terhadap perubahan pada output sehingga akan didapatkan informasi yang berguna untuk melakukan perbaikan pada proses.